Senin, 24 September 2012

HPP

HARGA POKOK PENJUALAN
 Dalam perusahaan dagang, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dari hasil penjualan meliputi
- harga pokok (cost) barang yang terjual
- biaya operasi yang terjadi selama periode ybs.
 Harga pokok barang yang telah laku dijual biasa disebut Harga Pokok Penjualan (HPP).
 Dalam suatu toko pakaian, yang disebut HPP meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli kemeja, rok, blouse, & barang dagangan lain yang telah laku dijual dalam suatu periode.
Biaya Operasinya meliputi semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan penjualan dan administrasi toko, seperti biaya sewa, gaji pegawai, biaya listrik, dll.
PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN
 Persediaan pada perusahaan dagang disebut persediaan barang dagangan atau sering disingkat persediaan, yang terdiri dari barang-barang yang disediakan untuk dijual kepada para konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan.
 Persediaan yang dimiliki perusahaan pada awal (hari pertama) suatu periode akuntansi disebut persediaan awal.
 Persediaan yang dimiliki perusahaan pada hari terakhir dari suatu periode akuntansi disebut persediaan akhir.
 Persediaan akhir suatu periode akan menjadi persediaan awal periode akuntansi berikutnya.
 Persediaan akhir dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
 Ada 2 metode untuk menentukan persediaan akhir dan HPP:
1. Metode Persediaan Periodik
2. Metode Persediaan Perpetual
Selanjutnya, yang digunakan dalam bab ini : Metode persediaan periodik.
Metode Persediaan Periodik / Persediaan Fisik
 Umumnya digunakan pada perusahaan yang menjual barang dagangan dengan harga relatif murah, tetapi frekuensi penjualannya sangat sering.
 Jurnal Pembelian barang dagangan:
Pembelian …………………………………. Rp xxx
Kas/Utang Dagang..………………… Rp xxx
 Jurnal Penjualan barang dagangan:
Kas/Piutang Dagang …………….………. Rp xxx
Penjualan …………………..………. Rp xxx
 Rekening Persediaan tidak digunakan untuk mencatat pertambahan persediaan karena transaksi pembelian dan tidak digunakan untuk mencatat pengurangan persediaan karena transaksi penjualan.
 Persediaan yang ada pada suatu saat tertentu dan Harga pokok penjualan dapat diketahui dari perhitungan fisik persediaan yang ada di gudang, yang biasanya dilakukan menjelang penyusunan laporan keuangan.
 Hal-hal yang mempengaruhi penentuan Harga pokok penjualan:
1. Harga pokok barang yang ada pada awal periode (persediaan awal)
2. Harga pokok barang yang dibeli selama periode (harga pokok pembelian)
3. Harga pokok barang yang belum terjual dan ada dalam persediaan pada akhir periode (persediaan akhir)
Contoh perhitungan Harga pokok penjualan (HPP) :
Jika diketahui persediaan awal periode Rp 120.000,0, harga pokok pembelian selama periode Rp 800.000,-, dan persediaan akhir periode Rp 140.000,-:
Persediaan Awal ………………………………………….. Rp 120.000,-
Tambah: Harga pokok pembelian selama periode ……. Rp 800.000,-
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual ……….. Rp 920.000,-
Kurang: Persediaan akhir ………………………………… Rp 140.000,-
Harga pokok penjualan …………………………………… Rp 780.000,-
HARGA POKOK PEMBELIAN
 Ditentukan oleh:
1. Harga pokok barang yang dibeli (angkanya diperoleh dari rekening pembelian)
2. Dikurangi penyesuaian karena adanya retur dan potongan pembelian (angka transaksi ini dicatat dalam rekening khusus yang terpisah dari rekening pembelian)
3. Dikurangi penyesuaian karena adanya potongan tunai pembelian (angka transaksi ini dicatat dalam rekening khusus yang terpisah dari rekening pembelian)
4. Ditambah penyesuaian karena adanya biaya pengangkutan untuk mengangkut barang sampai di gudang perusahaan (angka transaksi ini dicatat dalam rekening yang terpisah dari rekening pembelian)
Potongan Rabat
 Yaitu: Potongan khusus, yang berupa pengurangan harga dari daftar harga resmi/katalog
 Potongan rabat diberikan oleh pabrik atau grosir kepada pembeli tertentu, seperti dealer atau pembeli yang melakukan pembelian dalam jumlah besar.
 Rabat dapat ditetapkan dengan tarif tunggal atau berganda
 Contoh: barang dengan harga menurut daftar sebesar Rp 100.000,- dijual dengan rabat 30%. Harga jual sesungguhnya menjadi Rp 70.000,- dengan perhitungan:
Harga menurut daftar ………………………………… Rp 100.000,-
Dikurangi: Rabat 30% x Rp 100.000,- ……………… Rp 30.000,-
Harga jual ……………………………………………… Rp 70.000,-
Untuk konsumen tertentu, kadang-kadang penjual memberikan rabat berganda, misal 30% san 10%. Dalam contoh di atas, harga jualnya menjadi Rp 63.000,-, dengan perhitungan sbb:
Harga menurut daftar ………………………………… Rp 100.000,-
Dikurangi: Rabat pertama 30% x Rp 100.000,- …… Rp 30.000,-
Sisa ……..……………………………………………… Rp 70.000,-
Dikurangi : Rabat kedua 10% x Rp 70.000,- ………. Rp 7.000,-
Harga jual ……………………………………………… Rp 63.000,-
 Rabat tidak dicatat dalam pembukuan, baik dalam pembukuan pembeli atau penjual, tetapi hanya untuk menentukan harga jual sesungguhnya.
Biaya Angkut Pembelian
 Merupakan biaya untuk mengangkut barang dari tempat penjual ke tempat pembeli.
 Biaya ini dapat menjadi beban penjual atau pembeli.
 Apabila menjadi beban pembeli, biaya ini akan menambah harga pokok barang yang dibeli.
 Jurnal untuk mencatat biaya ini:
Biaya Angkut Pembelian …………………. Rp xxx
Kas …………………………………… Rp xxx
 Rekening Biaya angkut pembelian dilaporkan dalam laporan rugi-laba pada bagian Harga pokok penjualan, sebagai penambah pembelian bersih.
HARGA POKOK BARANG YANG TERSEDIA UNTUK DIJUAL
 Yaitu : Harga pokok pembelian dari seluruh barang yang dibeli selama periode, ditambah harga pokok persediaan yang ada pada awal periode (persediaan awal)
 Contoh: lihat Laporan Rugi-laba (sebagian) PT. Langgeng
PERSEDIAAN AKHIR
 Harga pokok persediaan akhir periode : Hasil perhitungan jumlah fisik persediaan dikalikan dengan harga pokok yang sesuai.
HARGA POKOK PENJUALAN
 Harga pokok penjualan: Persediaan awal ditambah harga pokok barang yang dibeli, dikurangi persediaan akhir.

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK DENGAN METODE KONVENSIONAL


Dalam akuntansi biaya, perhitungan harga pokok dilakukan dengan menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi, sedangkan harga pokok produksi per unit ditentukan dengan membagi seluruh total biaya produksi dengan volume produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan. Cara seperti ini yang harus digunakan apabila berhubungan dengan prinsip akuntansi, mempengaruhi baik jumlah harga pokok produk maupun cara penyajiannya dalam laporan rugi laba. Bagi manajemen, punya kebebasan untuk tidak mengikuti prinsip akuntansi dalam hal tertentu, cara yang disebut Full Costing tersebut seringkali tidak banyak membantu. Oleh karena itu untuk perencanaan dan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan biaya produksi dikenal dengan pendekatan Variable Costing .
 VARIABEL COSTING
Variable Costing adalah suatu metode penentuan harga pokok ( dan pengaruhnya pada penyajian laporan rugi laba ) dimana hanya biaya produksi variabel saja dibebeakan sebagai bagian dari harga pokok produksi. Metode ini disebut Variable Costing dengan alasan bahwa biaya yang dibebankan kepada produk hanya biaya yang berhubungan langsung dengan produk saja. Dengan pengertian tersebut, maka yang disebut harga pokok produksi adalah penjumlahan dari biaya bahan variabel, biaya upah variabel dan biaya overhead variabel tampak sebagai berikut:
Biaya Bahan variabel Rp xxx
Biaya upah variabel xxx
Biaya overhead variabel xxx
———– (+)
Harga pokok produksi Rp xxx
Dengan cara seperti tersebut, maka dalam metode Variable Costing biaya overhead tetap bukan merupakan bagian dari produksi dan hal ini akan berpengaruh pada penyajian laporan rugi laba.
Metode Variable Costing mempunyai perbedaan dengan metode harga pokok penuh (Full Costing) dalam hal:
1.Penentuan harga pokok produksi
2.Penyajian dalam laporan rugi laba
1.Penentuan harga pokok produksi
Metode Full Costing : Menggunakan pendekatan FUNGSI Yaitu : pembebanan biaya didasarkan pada Fungsi perusahaan sehingga apa yang disebut biaya produksi baik langsung maupun tidak langsung,tetap maupun variabel.
Biaya operasi adalah : Seluruh biaya untuk menawarkan dan menjual produk setelah keluar dari fungsi produksi, meliputi biaya operasi tetap dan variabel atau bisa dikelompokkan menjadi fungsi lebih terinci, seperti fungsi administrasi, fungsi penjualan dsb.
Metode Variable Costing : Menggunakan pendekatan Tingkah Laku
Artinya,perhitungan harga pokok dan penyajian laporan laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja,dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi. Pendekatan ini digunakan karena dianggap produksi yang berubah-ubah saja layak dibebankan,agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembebanan. Demikian pula pada Biaya Operasi. Biaya Operasi dipisahkan dengan biaya operasi tetap, karena biaya operasi variabel berubah sesuai dengan perubahan operasi perusahaan, sedangkan biaya operasi tetap tidak dipengaruhi oleh operasi perusahaan.
Dengan perbedaan pendekatan tersebut, maka penyajian laporan laba rugi menurut kedua metode berbeda. Metode Harga Pokok Penuh, laporan laba rugi disajikan berdasar fungsi,sedangkan laporan laba rugi menurut metode Variable Costing disajikan berdasar tingkah laku.
2. Penyajian dalam Laporan Laba Rugi.
Pada Variable Costing ada item Contribution Margin (Laba Kontribusi) yaitu selisih Penjualan dengan biaya-biaya variabel, sedangkan pada Full Costing tidak ada.
 MANFAAT VARIABLE COSTING BAGI MANAJEMEN:
1. Variable Costing sebagai Alat Perencanaan Laba
Perencanaan Laba atau perencanaan operasi adalah rencana dari manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan perusahaan yang dibagi dalam dua jenis rencana, yaitu rencana jangka pendek dan jangka panjang. Variable Costing bermanfaat dalam pembuatan rencana jangka pendek dengan memisahkan biaya variabel dan tetap dalam laporan rugi laba, sehingga akan diketahui Contribution Margin. Dengan kedua hal itu maka manajemen bisa merencanakan berapa laba yang akan diperoleh.
2. Variable Costing sebagai Petunjuk Penentuan Harga Jual
Informasi Contribution Margin dari Variable Costing sangat membantu dalam menentukan harga jual yang kompetitive, karena Contribution Margin menunjukkan berapa kelebihan hasil penjualan dari biaya variabel, bisa diperhitungkan dengan mengalikan contribution margin/unit dengan jumlah penjualan.sedang biaya tetap akan tetap jumlahnya, oleh karena itu tertutup atau tidaknya tergantung jumlah CM yang didapat. Selisih antara CM dengan biaya tetap merupakan laba.
3. Variable Costing untuk Pengambilan Keputusan Manajemen
Manajemen sering dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif dimana alternatif-alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya laba perusahaan. seperti masalah memasuki pasar-pasar baru, perluasan usaha,memenuhi atau tidak pesanan khusus,membuat sendiri atau memesan bahan pembantu atau suku cadang tertentu. Masalah ini dapat dipecahkan dengan pertolongan analisis CM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar